SAMARINDA. Apa yang dilakukan mahasiswa Universitas 17 Agustus (Untag) saat menyampaikan aspirasi, tidak layak ditiru. Sebagai orang berpendidikan, sikap mahasiswa ini tidak ubahnya premanisme.
Bagaimana tidak, para mahasiswa ini menyampaikan aspirasi dengan cara menutup jalan di depan kampus mereka di Jl Juanda, Rabu (20/10) sekitar pukul 15.30 Wita.
Usaha mereka mencari perhatian memang berhasil. Namun masyarakat banyak yang jadi korban. Yakni memacetkan arus lalu lintas di berbagai ruas jalan. Ironisnya lagi, saat diminta aparat kepolisian untuk tertib dan tidak menggangu pengguna jalan, mahasiswa ini tidak menggubris.
Mereka justru marah dan menentang petugas yang dianggap hendak menggangu demo memperingati setahun pemerintahan SBY-Boediono itu. Akibatnya, mahasiswa yang diperkirakan berjumlah 50 orang itu terlibat perang batu dengan anggota Samapta Polresta Samarinda yang melakukan pengamanan.
Untungnya petugas tidak terpancing emosi dan berhasil menghalau para mahasiswa untuk masuk ke areal kampus. Petugas pun lalu membuka jalan yang ditutup menggunakan pembatas jalan dari kayu. Termasuk memadamkan ban yang dibakar.
Awalnya mahasiswa melakukan orasi hanya dengan menutup salah satu lajur Jl Juanda. Yakni dari arah simpang Air Putih menuju simpang Air Hitam. Mereka membakar ban dan memalangkan papan serta meletakkan meja di tengah jalan.
Semua pengendara motor dan mobil yang hendak melintas pun terpaksa diminta berputar arah, di depan kapsulan yang berada persis di depan kampus. Merasa kenyamanan mereka terganggu, pengguna jalan pun marah. Diantara mereka sempat hendak membubarkan aksi mahasiswa tersebut. Khawatir terjadi hal tidak diinginkan petugas pun menenangkan.
Setelah beberapa menit melakukan orasi, para mahasiswa itu lalu mencoba menutup satu lajur lagi. Beberapa mahasiswa juga mencegat mobil berplat merah. Mereka menyemprot plat tiap mobil milik pemerintah yang melintas dengan menggunakan cat semprot berwarna hitam.
Petugas yang ada mengamankan mencoba menenangkan dan mengingatkan mahasiswa supaya tetap tertib. Aksi semprot plat mobil dihentikan. Tapi saat petugas lengah, satu persatu mahasiswa itu berbaris di lajur jalan dari arah simpang Air Hitam menuju simpang Air Putih.
Sekitar pukul 17.30 Wita, sembari meneriakan yel-yel yang menghujat SBY-Boediono, perlahan mahasiswa itu duduk di badan jalan. Rupanya mereka kembali hendak menutup total jalan. Melihat keadaan demikian, petugas lalu mencoba memindahkan papan yang dipalangkan di tengah lajur jalan lain.
Maksud petugas, supaya arus lalu lintas tidak terlalu macet. Namun ternyata itu membuat mahasiswa marah. Mereka mendorong dan menghalangi petugas yang coba menyingkirkan papan dan ban yang masih terbakar.
Entah siapa yang memulai, aksi saling dorong malah berbuntut saling pukul. Petugas tidak tinggal diam, mereka coba menghalau mahasiswa untuk masuk ke areal kampus supaya tidak mengganggu pengguna jalan. Merasa terpojok, ada mahasiswa yang melempari petugas dengan batu.
Diantara petugas yang terkena lemparan batu, langsung membalas. Aksi lempar berakhir, setelah petugas ditarik meninggalkan depan kampus.
Dari pantauan Sapos, saat mahasiswa melempar batu beberapa mobil yang kebetulan melintas jadi sasaran. Tidak ada mahasiswa yang diamankan dalam kejadian itu. "Kami terpaksa mengambil tindakan tegas, karena pendemo ini sudah menyalahi aturan. Mereka nekat menutup jalan dan mengganggu kelancaran arus lalu lintas," ujar Kapolresta Samarinda Kombes Pol M Arkan Hamzah, melalui Kabag Ops Kompol A Yusep Gunawan SIK kepada Sapos.
Diposting oleh
ayi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar